Wow! Seperti buku-buku Fahd sebelumnya, buku ini juga mampu
MENAMPAR!!
Yang Galau Yang Meracau dibagi dalam 3 Bab:
SETAN-CINTA-TUHAN.
Bab SETAN:
Setan. Dalam pikiran kita, dia adalah makhluk menyebalkan
yang penuh kutukan, seolah-olah semua dosa adalah akibat godaannya. Berwajah
menyeramkan, dengan taring yang meneteskan darah, rambut semrawut, kuku panjang
20 senti, pokoknya males banget dah kalo disuruh ketemu. Eh, itu setan atau
hantu ya? Ah sama sajalah, toh intinya, 'makhluk yang tak menyenangkan!'. Tapi
pernah gak sih, terpikir kenapa Setan diciptakan dengan tugas seperti itu?
Menggoda manusia untuk berbuat dosa, menjerumuskan anak-cucu Adam ke lembah
nista, membuat neraka penuh oleh manusia! Tau, kenapa Setan berbuat seperti
itu? Karena dia terlalu cinta pada Tuhan. Gak percaya? Coba tanya sama Setan
yang ada disebelahmu. Kali aja dia bisa jawab semuanya. Atau..kalo gak mau
repot-repot mesti 'terawang' dulu, baca aja bab tentang Setan di buku ini. Kalo
udah, salamin, bilang, kapan maen ke kosan.
Bab CINTA:
Cinta. Cinta itu apa sih? Apa melulu perasaan kasih terhadap
lawan jenis? Atau sebuah ungkapan pencarian terhadap apalah entah, tidak
berwujud tapi terasa? Buat saya, Cinta itu seperti kentut! Saat ditahan dia
bikin sakit perut, saat keluar, bikin lega. Cinta itu adalah nikmat. Cinta itu,
bersyukur. Menurut kamu, Cinta itu apa? Kalau kata Fahd Cinta itu adalah…..*baca
sendiri aja yaaa.. :D
Bab TUHAN:
Dulu, sebelum ketemu buku-buku Fahd, saya benar-benar
Galau-Bimbang-Resah dan Gelisah *kok kayak lagu ya?*. Saya mencari dimana
Tuhan. Tuhan itu apa? Kenapa harus disembah? Kenapa Tuhan bisa menguatkan?
Kenapa ada Surga dan Neraka? Kenapa ada rasa penasaran yang membuncah? Kenapa?
Kenapa? Daaaan Kenapa lainnya.
Saya mencoba mencari tahu tentang Tuhan. Tanya sana tanya
sini. Berdebat macem-macem. Dan karena rasa penasaran saya akan eksistensi
Tuhan, saya pernah dibilang murtad. Hm…awalnya saya sedih, marah. Tapi pada
akhirnya saya sadar. Pencarian tentang Tuhan itu bukan masalah benar atau
salah, tapi justru kembali kepada pemahaman tentang apa yang dirasakan. Tentang
sebab dan akibat. Sungguh. Sebenarnya saya takut menjadi tidak ber-Tuhan. Lebih
takut lagi akan hukuman yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Aneh. Pada
hal yang belum tentu terjadi saja saya sudah takut, padahal masuk akal pun
tidak. Tapi, apakah Tuhan juga masuk akal?
Sama seperti di buku Menatap Punggung Muhammad –yang membuat
saya malu-, buku ini juga sekali lagi MENAMPAR saya, TELAK!
Masihkah apa yang sebenarnya ada di dalam diri kita, yang
sebenarnya suci, yang sebenarnya adalah pengingat yang jelas, kita tampik
dengan keras, dan lebih mengutamakan apa yang nantinya akan musnah?
Terima kasih banyak Mas Fahd. Terima kasih banyak.
-Jakarta, 8 Juli 2011.