Oilah
--Novie Andi
Oilah bulan baru sudah datang,
tak dinyana masih tersaruk.
tidak luka, tidak!
hanya agak pedas saja rasa kaki menggesek aspal tanpa alas.
bukanlah hati oilah mau bersombong,
apalah juga yang patut diumbar?
pun kini aku tak berkilau.
Oilah, aku bukannya pasrah.
hanya malas pada takdir.
padahal ludahku sudah kering.
pahit pula.
Ya...mungkin aku hanya malu.
malu pada pikiran dan picisan yang mungkin aku dapatkan.
padahal setan-setan itu tak bergeming, hanya melihat.
ya..hanya melihat.
Kemana perginya peri-peri pelangi itu?
tanganku sudah dingin, tak ada yang menggandeng lagi,
aku rindu sekali....rindu merasa tenang.
Oilah...mungkin aku hanya manja.
padahal Tuhan cinta pada yang rajin berpeluh, bukan berkeluh.
Oilah...
Oilah...
Oilah..
_Jakarta : 02.03.2011
"andai upil bisa ber-reinkarnasi, pasti dia sudah berubah jadi kupukupu atau hujan atau kodok atau pelangi. tapi, seringnya upil hanya berakhir dibawah meja. nempel. menggumpal. melekat erat pada kayu atau kaca. upil juga punya takdirnya sendiri. upil juga punya hak untuk jadi apa saja yang dia mau. seharusnya upil tidak dilupakan. upil juga punya Tuhan kan?"
Wednesday, March 2, 2011
Tuesday, March 1, 2011
Dinding Tipis
Dinding Tipis
--Novie Andi
carut marut
lintang pukang
terseok
terbuang
dan mati.
penuh keputusasaan aku membaca setiap bait yang tercetak ditubuhmu.
penuh kucari.
namun tak ada tentangku.
tak ada.
lalu kutambahkan goresan agak dalam pada kulitku.
kurajah namamu disana.
agar walau ku mati, kau tetap bersamaku.
sudah lama aku mendampingi hari-harimu.
memelukmu saat kau perlu.
menciummu saat kau butuh.
memanjakanmu saat kau ingin.
tapi bagimu aku hanyalah pinguin.
lucu.
kamu lucu.
hanya itu ungkapan atasku darimu.
ah...sudah perih tak terperi,
kau menikmati setiap lenguhanmu dengan yang lain,
sementara aku menanti dibalik dinding tipis di ujung yang lain.
mendengarkan, menyimak, sambil mengutuk diri.
kau tak pernah melenguh denganku, menyeringai pun tidak.
aduhai...
baiknya aku pergi saja sejak dulu.
ke negeri antah berantah yang menyimpan ribuan lembah.
yang kata orang, satu lembah bisa menghilangkan ratusan orang.
ya, aku ingin lenyap saja.
kalau perlu jadi lumpur.
biar tersamar.
apakah aku tanah basah.
atau hanya kotoran dalam sampah.
_Jakarta : 16.31
--Novie Andi
carut marut
lintang pukang
terseok
terbuang
dan mati.
penuh keputusasaan aku membaca setiap bait yang tercetak ditubuhmu.
penuh kucari.
namun tak ada tentangku.
tak ada.
lalu kutambahkan goresan agak dalam pada kulitku.
kurajah namamu disana.
agar walau ku mati, kau tetap bersamaku.
sudah lama aku mendampingi hari-harimu.
memelukmu saat kau perlu.
menciummu saat kau butuh.
memanjakanmu saat kau ingin.
tapi bagimu aku hanyalah pinguin.
lucu.
kamu lucu.
hanya itu ungkapan atasku darimu.
ah...sudah perih tak terperi,
kau menikmati setiap lenguhanmu dengan yang lain,
sementara aku menanti dibalik dinding tipis di ujung yang lain.
mendengarkan, menyimak, sambil mengutuk diri.
kau tak pernah melenguh denganku, menyeringai pun tidak.
aduhai...
baiknya aku pergi saja sejak dulu.
ke negeri antah berantah yang menyimpan ribuan lembah.
yang kata orang, satu lembah bisa menghilangkan ratusan orang.
ya, aku ingin lenyap saja.
kalau perlu jadi lumpur.
biar tersamar.
apakah aku tanah basah.
atau hanya kotoran dalam sampah.
_Jakarta : 16.31
Subscribe to:
Posts (Atom)