Friday, May 6, 2011

Buku Bacaan Baru

“Apakah mungkin kita mengajak berunding maling yang masuk ke rumah kita?”-Tan Malaka

Saya membaca kalimat itu dari salah satu blog pada saat saya mencoba mencari tahu tentang Tan Malaka. Sebelumnya saya minta saran dari pacar saya tentang buku apa sih yang bagus dan tidak terlalu berat untuk dibaca, karena akhir-akhir ini saya merasa agak bosan dengan buku-buku bacaan yang ada dilemari buku saya. Dan karena pacar saya adalah salah satu penggemar berat karya-karya dan kepribadian Tan Malaka, maka secara gamblang pacar saya memberikan beberapa judul buku karya Tan Malaka. (Hmm... jadi inget, dulu awal kenal sm dia juga gara-gara ada pementasan Tan Malaka di Salihara, walaupun akhirnya gak sempet liat karena keabisan tiket, tapi yang terjadi malah yang lain...hahahahaa...haiissshhhh curcol!!)..

Singkat kata, pacar saya mengajukan salah satu buku karya Tan Malaka yang berjudul Dari Penjara ke Penjara (jilid 1 sampai 3). Buset, udah karya Tan Malaka, 3 jilid pula!, pikir saya. Tapiii apa salahnya mencoba kan? Jadilah, dengan sedikit penasaran (hehehehe) saya mencoba googling di internet. Lalu muncullah beberapa link blog-blog dan toko buku online

Maksud hati ingin cari buku Dari Penjara ke Penjara, saya malah diantarkan ke buku MADILOG, masih karya Tan Malaka juga. Hmm...malah semakin penasaran setelah di salah satu jejaring sosial, banyak sekali komentar orang-orang mengenai buku ini dan penulisnya. Lalu saya berucap dalam hati..."apa saya sudah ketinggalan jauh ya? karena sudah mulai lupa sejarah dan tidak peduli dengan kebrengsekan negeri ini sehingga saya mulai secara tidak langsung tidak menghiraukan keadaan sebenarnya dari penghuni Indonesia ini? Apa saya sudah mulai menjadi batu?"

Ah..betapa beruntungnya saya, masih dikasi kesempatan untuk tau apa yang seharusnya saya tau sejak dulu. Sejarah Indonesia yang sebenarnya. Mengingat waktu wawancara kerja, beberapa tahun yang lalu, ada pertanyaan mengenai Soeharto dan Orba serta segala tetek bengeknya. Dengan lugas saya menjawab, 'Maaf, saya tidak percaya sejarah. Semenjak SD saya dicekoki tentang kejayaan pemerintah dengan segala intrik yang mulus, sehingga kita tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi, dan setelah manusia Indonesia mulai pintar menguak semuanya, yang saya temui cuma kebohongan. Jadi buat apa saya percaya dengan sejarah? Kalau justru sejarah yang mengkhianati saya.'

Hehehe...sok gaya ya jawaban saya. Tapi memang benar. Seperti itulah yang saya rasakan. Saya tidak percaya sejarah. Dan berusaha mengubur semua ingatan saya tentang segala hal yang berkaitan dengannya. Padahal, sejarah adalah mata pelajaran favorit saya setelah bahasa Indonesia. Ironis. Saya dikhianati dari dalam oleh sesuatu yang selalu mereka gembar gemborkan sebagai hal yang HARUS di BANGGAkan. Kalau sesuatu itu justru menikam kita apakah masih tetap harus dipertahankan? Kalo iya, cape deeh...hehehehe

Kembali ke topik.

Disini saya tidak akan menulis banyak tentang Tan Malaka. Karena jujur saja, saya hanya mengenal sebatas nama, belum mengenal jauh tentang beliau apalagi karya-karyanya, hanya sebatas nama. Dan gara-gara 'racun' dari pacar kesayangan saya itu, akhirnya saya jadi penasaran dengan  Tan Malaka. Dan keputusan pertama saya adalah, saya akan mulai mencoba membaca karyanya yang berjudul MADILOG : MAterialisme DIalektika LOGika.

Sebelumnya, atas hasil intipan dari sana sini, dan walaupun sudah agak ketinggalan jaman, saya mau berbagi sedikit tentang biografi Tan Malaka.

Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka adalah nama asli dari Tan Malaka yang lahir di Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 19 Februari 1896 dan meninggal pada 16 April 1949 di Kediri Jawa Timur.  Tan Malaka adalah seorang pejuang yang militan, radikal dan revolusioner yang banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris. Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan sosialis, ia juga sering terlibat konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan sosialis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.

Para cendikiawan dan sejarahwan seperti Mohammad Yamin, Prof. Anhar Gonggong, Dr. Alfian (LIPI) dan lain-lain, mengakui Tan Malaka sebagai Bapak Republik Indonesia. Para pejuang dan pimpinan bangsa seperti Mr. Sartono (Ketua DPR tahun 1957), Jenderal Ali Sadikin Mantan Menteri Perhubungan Laut dan Mantan Gubernur DKI Jakarta, mengakui Tan Malaka telah memberi inspirasi kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia lah pendiri sekolah rakyat pertama, yang juga menyusun kurikulumnya, dan digunakan sebgai standar kurikulum hingga masa sekarang. Jenderal AH. Nasution, tokoh militer Indonesia mengakui Tan Malaka sebagai ahli ilmu militer Indonesia. “Saya membaca semua tulisan saudara Tan Malaka dan saya tahu bahwa beliau adalah pecinta tanah air dan bangsa serta sosialis sepenuhnya,” Ujar Presiden Soekarno. Soekarno-Hatta menyadari apabila mereka berhalangan untuk mempimpin, maka yang akan memimpin revolusi dipercayakan kepada Tan Malaka -Currliculum Vitae Tan Malaka di buku “Dari Penjara ke Penjara” jilid 1.

Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya didasari oleh kondisi Indonesia. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teoritis dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia.

Buku-buku karya Tan Malaka :
  • Menuju Republik Indonesia (1924)
  • Dari Pendjara ke Pendjara, autobiografi
  • Madilog (1948)
  • Gerpolek (1948)
  • Parlemen atau Soviet (1920)
  • SI Semarang dan Onderwijs (1921)
  • Dasar Pendidikan (1921)
  • Islam dalam Tinjauan Madilog (1948)
  • Semangat Muda (1925)
  • Massa Actie (1926)
  • Pandangan Hidup (1948)
  • Kuhandel di Kaliurang (1948)
  • Muslihat (1945)
  • Pari International (1927)
  • Rencana Ekonomi Berjuang (1945)
  • Aslia Bergabung (1943)
  • Pari dan Nasionalisten (1927)
  • Pari dan PKI (1927)
  • Politik (1945)
  • Manifesto Bangkok(1927)
  • Proklamasi 17-8-45 Isi dan Pelaksanaanya (1948)

Huff...kalau dilihat dari tahun terbitnya, memang sudah jelas-jelas saya belum lahir, jadi gak apa-apa dong kalo ngaku belum baca satu pun karyanya...ngeles.com hahahahaahaa

Oke deh, tanpa banyak basa basi (karena udah kebanyakan juga) mari, kita baca karya-karya Tan Malaka! Supaya bisa mengerti dengan baik, sejarah "ASLI" bangsa kita. MERDEKAAA!!! ^_^





No comments:

Post a Comment