Tuesday, February 22, 2011

Terima Kasih

Pagi tadi saya membaca cerita di http://oase.kompas.com/read/2011/02/16/19085042/Kisah.Hebat.Gadis.Pemulung.Dibukukan tentang seorang gadis pemulung yang kisah hidupnya dibukukan. Seorang gadis Bali bernama Ni Wayan Mertayani (16) yang memenangkan penghargaan lomba foto internasional yang diadakan oleh Museum Anne Frank di Belanda. Ni Wayan yang biasa dipanggil Sepi ini, adalah seorang gadis istimewa. 

Kenapa? Ya. Dia cuma gadis biasa, yang banyak kita temukan ada di Indonesia, berasal kalangan keluarga yang bisa dibilang, sangat kekurangan (ini juga sudah biasa kita lihat di Indonesia--saya menulis ini dengan miris : membiasakan membiarkan diri melihat 'orang susah' dengan mengesampingkan nurani). Tapi saya, dengan bangga bilang kalo dia 'istimewa'. Bukan karena kisah hidupnya yang dibukukan. Tapi karena dia mau mengambil kesempatan yang datang padanya. Menyikapi dengan serius. Percaya diri. Dan tidak memakai topeng apapun, hanya jadi dirinya sendiri.

Sekarang coba tanya sama diri sendiri. Dari beberapa kalimat diatas yang berkaitan dengan 'mengambil kesempatan', sudah pernah belum sih kita lakukan? Ini sebenarnya lebih ke arah sindiran saya terhadap diri sendiri. 


Banyak lomba-lomba penulisan, banyak tawaran kerjasama menulis, banyak media-media elektronik dan media massa yang 'melambai-lambai' memanggil saya untuk mengadu nyali -berani gak sih, karya saya dinilai?-. Tapi, lagi dan lagi, semangat itu hanya membara di awal, pada pertengahan sudah melempem, dan akhirnya, hangus, hilang, lenyap, moksa!

Ya. Saya teralu pengecut untuk mengambil tawaran-tawaran itu. Bukan tidak percaya diri. Bukan tidak mau. Saya hanya pengecut! Padahal saya sangat ingin. Benar-benar sangat ingin, suatu saat saya tidak melulu mengoleksi buku-buku karya orang lain. Saya ingin punya buku, dengan nama saya tercantum di sampul bukunya, sebagai pengarang, sebagai penulis.

Jadi ingat pembicaraan dengan senior tadi saat sambil menunggu busway yang akan membawa saya ke kantor. Dia bilang, 'Jadi, setelah lulus S1, targetnya apa lagi nih?'. Saya terdiam lama. Sebenernya sepersekian detik setelah pertanyaan itu terlontar, jawaban yang ada di pikiran saya adalah, 'Saya mau bikin buku, setidaknya satu saja, sebelum penempatan'. Tapi itu hanya mengendap saja. Alih-alih saya menjawab, 'Kalo disana (di luar negeri) kita bisa gak sih kerja sambil ngelanjutin S2?'. Deng! That's not come from my heart!

Tapiiiiii...gara-gara baca kisah Sepi tadi, saya jadi (sedikit) termotivasi. Dan jadi ingat perkataan Papa dulu, waktu saya masih kecil, "Kalau orang lain bisa, kenapa kamu tidak?".

Ya, kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak? ^_^

No comments:

Post a Comment